JALAN Cibadak Bandung adalah kawasan bisnis yang sudah menggeliat sejak dulu. Pada 1980-an pun kawasan ini sudah menjadi tujuan para konsumen yang berburu barang yang harganya relatif lebih murah ketimbang di kawasan lain. Toko-toko di sini mematok harga grosir sehingga para konsumen yang akan berjualan mecari barang untuk dagangan datang ke sini.
Kamis (8/4/2015) jalan ini tetap masih ramai. Toko-toko di sepanjang jalan itu menjajakan berbagai kebutuhan. Di sini juga terdapat penjual mainan anak-anak. Bagi yang mencari cenderamata untuk pernikahan pun bisa mencari di sini. Di jalan yang tak jauh dari Alun-alun Bandung ini berjejer penjual cenderamata, baik yang di toko maupun pedagang kaki lima (PKL).
Bagi yang sedang mencari goodiebag untuk keperluan ulang tahun, pernikahan, pengajian, atau even lainnya di jalan ini berjejer toko yang menjajakan keperluan untuk itu. Jenis dan ukurannya bermacam-macam. Selain itu bahan dan warnanya juga tidak semua sama tergantung kebutuhan. Jika membeli banyak biasanya harganya lebih murah.
Di jalan ini ada vihara atau klenteng. Namanya Kelenteng Iswari. Klenteng ini sudah berdiri lebih dari 50 tahun sejak masa kolonial Belanda. Kelenteng Iswari ini menjadi tempat peribadatan warga Tionghoa yang bermukim di kawasan Jalan Cibadak. Klenteng ini tidak jauh dari perempatan Jalan Cibadak dan Jalan Astana Anyar.
Selain Klentang Iswari, di jalan ini ada Vihara Dharma Ramsi. Setahun sekali, bersamaan dengan perayaan Cap Go Meh, di jalan ini selalu diadakan kirab budaya. Puluhan barongsai dan liong biasanya ikut memeriahkan acara tersebut. Warga pun sangat antusias menyaksikannya.
Di Jalan Cibadak Terdapat Vihara
Pada Sabtu (14/3/2015), kirab dimulai di Vihara Dharma Ramsi di Jalan Cibadak, kemudian menuju Jalan Kelenteng, Jalan Kebonjati, Jalan Otista, Jalan Sudirman, Jalan Astana Anyar dan berakhir di Jalan Cibadak lagi.
Di sini juga pernah diselenggarakan acara kuliner. Acaranya bertajuk Cibadak Culinary Night (CCN). Nuansa Tiongkok sangat kental dalama acara yang berlangsung pada 22 Februari 2014 ini. Ribuan warga datang ke sini utuk menikmati sajian khas oriental dan tradisional.
Pada 1990-an jalan ini populer dengan penjual barang second atau barang bekas. Para pedagang menjajakannya di emperan jalan ini. Pada era inilah muncul istilah Cimol (Cibadak Mal). Namun kemunculan Cimol ini diangap membuat semrawut jalan di kawasan tersebut. Kemudian pedagang dipindahkan ke beberapa tempat, salah satunya ke Pasar Gedebage. Pasar itu bernama Pasar Cimol Gedebage (Baca “Toko Dezon”). *
Di sini juga terdapat penjual mainan anak-anak. Bagi yang mencari cenderamata untuk pernikahan pun bisa mencari di sini.