Jalan Buahbatu sekarang wuihh sulit membandingkannya dengan masa 80-an. Sekarang arus lalu lintas di jalan itu hampir dipastikan macet setiap waktu. Belum lagi polusi asap dari kendaraan yang lewat di jalan itu.
Jalan Buahbatu telah padat oleh pusat perbelanjaan, toko, restoran, kuliner waralaba, perkantoran, dan bank. Jalan yang tadinya untuk permukiman telah berubah menjadi kawasan bisnis yang maju dengan pesat.
Pada 80-an sebelum Jalan Soekarno Hatta membelah Jalan Buahbatu dan Jalan Terusan Buahbatu. Sebelum gerbang tol Buahbatu berdiri, jalan ini menjadi salah satu jalan yang nyaman. Saat itu masih ada sawah yang terhampar. Kendaraan pun sudah pasti tidak sepadat sekarang.
Jalan ini adalah penghubung kawasan kota dengan daerah Bandung Selatan seperti Dayeuhkolot. Dulu jalan ini hanya jalan alternatif karena jalan utama yang menghubungkan kawasan Dayeuhkolot dan Kota Bandung adalah Jalan Moh Toha. Namun perkembangan permukiman di Bandung Selatan yang begitu pesat membuat jalan ini lambat laun menjadi pilihan utama warga.
Sejak tanggal 29 Mei 2011 di kawasan ini digelar Car Free Day (CFD). Tadinya CFD Buahbatu dimulai pada pukul 06.00 hingga 08.30. Kemudian waktunya diperpanjang menjadi sampai pukul 10.00. Adapun lokasinya sekitar 850 meter mulai dari Simpang Buah Batu-Jalan Pelajar Pejuang hingga Jalan Kancra.
Di Jalan Buahbatu Ada CFD
CFD berlangsung untuk mengurangi polusi. Di kawasan ini semakin sini semakin padat oleh kendaraan. Kawasan tanpa kendaraan bermotor ini memberi ruang buat warga untuk berolahraga atau berekreasi.
Dalam buku “Jendela Bandung: pengalaman bersama Kompas” karya Her Suganda, disebutkan tempo dulu Jalan Buahbatu pernah menjadi landasan darurat untuk pelarian kaum sipil, dan petinggi militer Belanda. Mereka berhasil melarikan diri dari kejaran tentara Jepang setelah pesawatnya berjasil take off di jalan ini.
Dalam Kompasiana.com, Bembeng Je Susilo juga menulis Belanda sempat meloloskan para pembesar sipil dan militernya seperti; H.J van Mook, Van der Plas, bekas Komandan KNIL Jendral Mayor Van Oyen dan Komandan Dinas Intelejen Kapten Spoor. Pelarian tersebut dilakukan dengan pesawat terbang melalui Jalan Buahbatu yang saat itu dijadikan landasan pacu. *