ADA yang unik di Lapangan Tegallega. Sekarang siapa pun bisa bermain bulu tangkis di sana. Jika tak punya raket ada jasa penyewaan. Lengkap dengan shuttlecock-nya. Beberap buah net tampak terbentang di sana. Tempatnya persis di depan Tugu Bandung Lautan api yang menjulang di lapangan tersebut.
Minggu (4/1/2015) sore anak-anak, remaja, ibu-ibu, dan bapak-bapak asyik memainkan raketnya. Langit yang mendung tak menyurutkan semangat mereka. Raket mereka mainkan untuk memukul shuttlecock. Angin yang besar sesekali menerpa dan mengubah arah shuttlecock.
“Harga sewa raketnya Rp 2.500,” kata seorang anak yang menenteng kaleng aibon. “Kalau sendirian mainnya sama saya. Bisa berdua,” katanya lagi.
Di setengah lapangan lagi, di lapangan yang berlapiskan paving block yang sebagian di antaranya sudah ditumbuhi rumput, dan kubangan cilencang, para lelaki tengah bermain sepak bola. Mereka sangat menikmatinya meski ukuran lapangannya jauh dari standar.
Jika terasa haus atau perut merasa lapar di tepi jalan di lapangan tersebut ada pedagang air, atau makanan.
Mbak penjual sate juga ada. Yang berolahraga, atau yang sekadar jalan-jalan disana bisa beristirahat sambil menikmati minuman dan makanan. “Te, sate, dek,” kata si Mbak menawarkan satenya dengan logat Madura.
Di seberang yang bermain bulu tangkis terhampar bunga-bunga kuning, kombinasi merah dan hijau. Tembok di tepi tempat bunga-bunga tersebut diduduki para remaja yang tengah santai di sore itu. Mereka tentu saja berpasangan. Sayang di sekitar itu pula banyak berserakan sampah plastik. Tidak hanya di kawasan itu saja, tapi hampir merata berserakan di lapangan tersebut.
Di sana juga terdapat pohon-pohon yang rimbun, membuat sejuk kawasan tersebut. Apalagi pada sore itu embun sedang menggelayut di kawasan lapangan itu. Hiruk piruk lalu lintas di jalan yang mengelilingi Tegallega seperti tak terasa, meski suara klakson dan suara mesin masih terdengar samar-samar.
Di Lapangan Tegallega Terdapat Lapangan Sepak Bola
Jika ingin bermain sepak bola lebih serius di lapangan ini pun tersedia lapangan yang ukurannya mendekati standar. Sore itu pun di lapangan itu ada yang sedang bermain. Mereka tak peduli lapangan tersebut becek sekali. Sekilas lapangan tersebut seperti kubangan lumpur. Untuk masuk ke lapangan ini harus bayar Rp 3.000 pada hari biasa, sedangkan pada hari libur Rp 5.000. Harga tersebut yang tertulis dalam sebuah kain putih yang terbentang disebutkan sesuai dengan Perda No 21 Tahun 2012.
Seorang bapak tak menghiraukan tempat sekitarnya. Dia terus berjoging di lintasan lari yang mengitari lapangan tersebut. Bercelana training biru strip putih, dan berjaket hitam dengan bertutup kepala, dia terus berlari.
Sore hampir menjelang malam, dan Lapangan Tegallega akan tetap menyimpan cerita. Kisahnya akan terus berbeda mulai dari pagi, siang, sore, dan apa yang akan terjadi pada malam hari.*