JAUH sebelum mengenal Yogya Departmen Store, atau Borma, Kota Bandung sudah berdiri toko serba ada. Lokasinya di Jalan Asia Afrika. Dekat dengan Hotel Homann, dan Gedung Merdeka. Namanya Toko de Vries.
Pemiliknya adalah Klaas de Vries. Dia adalah orang asing ke-1.500 yang tinggal di kota ini. Sebelum berada di lokasi sekarang toko ini berada di Alun-alun Utara tempat berdirinya BRI Tower.
Gedung ini jadi tempat kongko-kongko orang-orang Belanda ngopi sekitar tahun 1879. Mereka memiliki perkumpulan yang disebut Societeit Concordia. Kemudian mereka pindah ke sebuah gedung masih di Jalan Asia Afrika, yang bernama Societeit Concordia –sekarang bernama Gedung Merdeka
Baru pada 1895 Toko de Vries diresmikan. Empat tahun kemudian, tepatnya pada 1899, pemilik toko tersebut membangun gedung baru di lokasi sekarang. Bangunan tersebut bergaya arsitektur Oud Indisch Stijl (Klasik Indis), yang memiliki kekhasan berupa tiang-tiang kolom besar.
Toko ini disebut toko serba ada karena menjual berbagai kebutuhan bagi warga Bandung saat itu. Mulai dari peralatan dapur, makanan dan minuman, kain, sepatu, alat-alat tulis dan buku hingga obat-obatan.
Toko de Vries Dipugar Pada 2010
Seperti ditulis Pikiran Rakyat (PR), Senin (02/05/2011), pada 1909 dan 1920, toko ini dipugar oleh biro arsitek Edward Cuypers Hulswitt. Hasil pugarannya bergaya arsitektur Klasik Eropa dengan menara di pojok utara sisi timur bangunan atau sisi yang dekat dengan Hotel Savoy Homann.
Disebutkan pula pada 1990-an, gedung ini dikabarkan pernah dipakai sebagai toko yang menjual pakaian, rokok, rumah makan padang hingga disebut Toko Padang. Sekitar tahun 1960-an pernah dipakai studio foto, toko mebel dan diskotek. Pada era 1990-an, bangunan tersebut dibiarkan kosong.
Pada 2010, disebutkan PR, gedung ini kembali dipugar oleh arsitek Ir. David Bambang Soediono. Pemugaran ini menggunakan konsep rekonstruksi semi-restorasi karena ingin mengembalikan tampilan bangunan pada 1955.*