ADA yang beda di Kampung Singdangsari, Desa Manggahang, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (19/12/2018) siang. Para pedagang tengah bersiap membuka lapak dagangannya di tepi Sungai Citarum. Mereka siap melayani para konsumen yang berdatangan ke pasar kaget yang biasa buka setiap Rabu di kampung tersebut. Termasuk tempat bermain trampolin.
Di sebuah lapangan di tepi sungai tampak sebuah mobil pikap diparkir. Pemiliknya menurunkan kelontongan yang akan dijual di sana. Sebagian orang memasang tenda yang dipasang untuk melindungi dagangan dari terik matahari. Hari itu, meski masih dalam musim penghujan, matahari terik menyinari kawasan Sungai Citrum.
Tak jauh dari penjual kelontongan, dua orang, yang satu berusia 30 tahunan dan satunya lagi 70 tahunan, sibuk memasang tempat bermain trampolin. Wahana tempat loncat-loncat ini boleh digunakan oleh anak-anak yang kebetulan datang ke sana. Anak-anak yang bermain trampolin harus membayar Rp 2.000 tanpa di waktu.
Setelah tempat bermain trampolin itu rapi dan bisa digunakan, dua orang anak langsung mencobanya. Seorang bapak, penjaga trampolin itu, menerima uang Rp 5.000 dari kedua anak itu. Kemudian dibukanya “pintu” ke trampolin itu. Kedua anak itu langsung loncat-loncat sepuasnya di trampolin berwarna hitam. Mereka tertawa dan saling bersenda gurau.
Perminan itu mengundang anak-anak untuk mendatangi tempat itu. Di antara mereka ada yang bertanya tarif untuk bermain di trampolin. Sebagian lagi hanya bisa menyaksikan dari luar trampolin yang dikelilingi jaring berwarna hitam yang terpasang di enam tiang yang terbungkus kain berwarna hitam.
Selain Bermain Trampolin ada Anak yang Mewarnai
Hanya dua meter dari pemainan trampolin, Toro (30), pemilik permainan itu, memasang papan lukis untuk anak-anak dengan menempelkan kertas yang sudah bergambar garis-garis hitam yang membentuk objek, seperti mobil, bunga, rumah, dan lain-lain. Gambar-gambar tersebut kemudian ditawarkan kepada anak-anak untuk diwarnai.
Ada sembilan papan yang terpasang di sana. Dari sembilan tempat melukis itu, siang itu, baru satu orang yang menggunakannya. Perempuan berusia delapan tahun itu tertarik untuk mewarnai gambar tersebut. Dia pun membayar Rp 3.000 kepada Toro untuk mendapatkan cat berwarna dan kuas. Perempuan itu kemudian duduk di kursi plastik menghadap ke papan lukis. Disaksikan oleh teman-temannya dia bersungguh-sungguh mengguratkan ke kertas putih bergambar bus.
Toro adalah pemilik kedua wahana ini. Warga Manggahang ini mengaku setiap Rabu menggelar permainan itu di tepi Sungai Caitrum, Kampung Sindangasri. Menurutnya kedua wahana yang disewakannya itu tarifnya hanya Rp 2.000 untuk trampolin dan Rp 3.000 untuk mewarnai. “Waktunya bebas tidak dibatasi. Jadi bisa sepuasnya,” kata Toro di Kampung Sindangsari, Rabu (19/12/2018).
Toro mengaku, setiap hari berpindah-pindah tempat. Setiap Minggu, katanya, dia membuka lapak bersama Pamannya di sebuah kompleks. Dia juga sering menyewakan permainannya di pasar kaget di kawasan Baleendah atau Dayeuhkolot.
Toro tidak menceritakan penghasilannya selama ini dari menyewakan kedua permainan tersebut.