KOTA Bandung memiliki kantor pemerintahan yang disebut balai kota di Bandung. Ingin tahu seperti apa balai kota di Bandung? Seperti disebutkan laman wikipedia balai kota merupakan bangunan administratif utama bagi pemerintahan kota dan biasanya memuat dewan kota, departemen terkait, dan para pegawainya. Di sinilah, wali kota menjalankan fungsinya.
Balai Kota di Bandung diapit dua jalan, yakni Jalan Merdeka dan Jalan Wastukencana. Namun orang lebih banyak menyebutnya gedung ini berada di Jalan Watukencana. Dalam informasi yang beredar pun disebutkan bahwa Balai Kota Bandung berada di Jalan Wastukancana No. 2.
Pusat pemerinhan tempat wali kota berkantor ini tidak jauh dari Jalan Braga. Selain itu tidak jauh dari kantor Mapolwiltabes yang berada di Jalan Jawa.
Selain kantor pemerintahan, di sana tadinya di bagian belakang gedung ini terdapar Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Namun, sekarang Kantor DPRD telah berpindah ke Jalan Sukabumi.
Di sini terdapat taman yang bersejarah. Taman ini merupakan taman paling tua di Kota Bandung. Di taman tersebut terdapat beberapa patung seperti Patung Dewi Sartika, Patung Badak Putih, dan Patung Merpati.
Gedung Balai di Kota Bandung Disebut Gedung Papak
Dulunya gedung ini bernama Gedung Kopi (Koffie Pakhuis). Gudang penyimpanan hasil bumi, dan tempat pengepakan kopi milik Andries de Wilde. Wilde tercatat sebagai tuan tanah pertama di Priangan pada 1812.
Dalam laman skyscrapercity.com disebutkan Gudang kopi dibangun 1819 saat perkebunan kopi di Priangan berkembang pada abad ke-18. Gudang kopi itu merupakan satu dari delapan gedung tembok baru di Bandung.
Pada 1927, gudang kopi dirobohkan dan di bekas lahannya berdiri gedung balai kota yang dirancang oleh arsitek EH de Roo. Pendirian balai kota ini terkait status Bandung yang menjadi kota praja sejak 1906.
Sejumlah bangunan publik pendukung pun sudah lebih dulu didirikan di sekitarnya, yakni Javasche Bank (1909), Katedral (1921), dan Gereja Bethel (1925).
Pada 1935 balai kota diperluas dengan menambah bangunan baru menghadap ke Pieter Sijthoffpark yang kini bernama Taman Balai Kota. EH de Roo yang kembali menjadi arsiteknya merancang gedung baru ini bergaya “art deco” sehingga berkesan lebih modern daripada gedung lama. Bentuk atapnya yang tampak datar menyebabkan gedung ini pun disebut Gedung Papak. *
Bahan dari berbagai sumber