PEREMPATAN Jalan Braga, Jalan Suniaraja, dan Jalan Lembong, penuh pesona dengan bangun-bangun gaya klonial. Arsitektur gaya Eropa yang bisa bertahan sampai kini. Gedung-gedung tua tersebut rata-rata masuk dalam daftar cagar budaya yang harus dilindungi. Salah satunya adalah gedung yang tepat berada di sudut belokan di sebelah kanan dari Jalan Braga ke Jalan Suniaraja. Orang menyebutnya Gedung Centre Point karena di depan gedung tersebut terdapat tulisan besar berwarna biru berbunyi Centre Point.
Gedung itu dibangun pada 1925 merupakan karya C.P. Wolff Schoemaker. Schoemaker adalah arsitek yang juga merancang Gereja Katedral di Jalan Merdeka, Gereja Bethel di Jalan Wastukencana, Masjid Cipaganti, Bioskop Majestic, Hotel Preanger, Sociëteit Concordia, Gedung Asia Afrika, Villa Isola, dan Gedung PLN Bandung.
Centre Point sendiri adalah sebuah toko yang menjual peralatan olahraga. Merek-merek terkenal seperti Nike, Adidas, Puma, dan lain-lain dijual di sini. Toko ini sempat populer pada tahun 1980-an sebelum bermunculan mal-mal, dan toko sepatu lainnya.
Dalam sebuah tulisan di www.pikiran-rakyat.com, Sabtu (09/07/2011), disebutkan sebelum menjadi toko olahraga gedung ini pernah menjadi toko alat musik Naessens. “Bangunan yang tampak besar ini dahulunya merupakan toko alat musik Naesens,bangunan ini sekarang ditempati oleh toko peralatan olahraga, Centre Point” ujar Ayan, dalam tulisan tersebut.
Tulisan tersebut merupakan laporan perjalan Komunitas Aleut yang mengadakan jelajah tur bangunan kota tua di sekitar jalan Braga Bandung. Judul tulisan tersebut adalah “Sebuah Permata Kota Bandung”.
Dalam sebuah tulisan di Facebook, akun Surabaya Tempo Dulu menulis bahwa pada 1891 ada sebuah perusahaan W. Naessens & Co yang fokus pada impor dan penjualan piano di Hindia Belanda. Dikisahkan juga bahwa pemilik perusahaan Naessens merupakan pianis.
Selain menjual dan memproduksi piano buatan sendiri, Naessens & Co menjual piano–piano merek lain dari Eropa dan berbagai macam alat musik lain, seperti alat musik petik, drum, gramophon, piringan hitam.
Pemilik Centre Point Tidak Tahu Sejarah Tokonya
Di news.detik.com, pemilik Center Point Lugiyanto (64), mengaku tidak tahu menahu sejarah gedung yang ditempatinya. Dia mengaku mulai menempati gedung itu pada 1980-an. Pengakuan itu ditulis dalam sebuah berita berjudul “Romantisme Bangunan di Persimpangan Jalan Braga” pada 17/12/2009. *
Pingback: Bandung Through My Eyes – fourwynx