Soeharto, Gus Dur, Mochtar Kusumaatmadja dan Marsinah Dianugrahi Gelar Pahlawan Nasional

SERBA BANDUNG – Almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto, Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid, Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, dan Almarhumah Marsinah dianugrahi gelar Pahlawan Nasional, bersama-sama dengan enam tokoh lainnya.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini, dipimpin Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, digelar di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 10 November 2025.
Kepala Negara menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh dari berbagai daerah, yang merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional ini didasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK/Tahun 2025 tanggal 6 November 2025, sebagai bentuk penghargaan negara atas jasa-jasa luar biasa para tokoh dalam mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Baca juga: Kapolri: Total Korban Ledakan SMAN 72 Sebanyak 96 Orang, 29 Orang Masih Menjalani Perawatan
Dalam suasana yang penuh haru dan kebanggaan, para ahli waris hadir mewakili para tokoh untuk menerima gelar dan tanda penghormatan dari Presiden Prabowo Subianto.
Kepala Negara menyerahkan secara langsung piagam dan tanda kehormatan negara kepada masing-masing ahli waris sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa besar yang telah diberikan oleh para pahlawan bagi bangsa dan negara.
Anak Presiden ke-2 Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti Rukmana alias Tutut, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Presiden Prabowo Subianto usai memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto.
“Terima kasih banyak atas keputusan beliau (Prabowo) yang menentukan Bapak sebagai pahlawan nasional. Karena beliau dulu tentara juga ya. Jadi, tahu apa yang telah dilakukan Bapak dari sejak muda,” kata Tutut di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).
“Ada yang pro ada yang kontra itu wajar-wajar saja, yang penting kita melihat apa yang telah dilakukan oleh bapak saya, dari sejak muda sampai beliau wafat itu semua perjuangannya untuk bangsa, negara dan masyarakat Indonesia,” ujar Tutut.
“Boleh-boleh saja kalau kontra, tapi jangan ekstrim gitu, yang penting kita jaga persatuan dan kesatuan Republik Indonesia,” terangnya.
Baca juga: Presiden Prabowo akan Bertanggung Jawab atas Polemik Kereta Api Cepat Whoosh
Dalam upacara tersebut, Presiden Prabowo secara resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh, yaitu:
- Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam. K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia;
- Almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan. Presiden ke-2 RI ini dikenal sebagai Bapak Pembangunan berkat program REPELITA yang membawa Indonesia mencapai kemajuan signigfikan, termasuk swasemabada beras, menekan laju pertumbuhan penduduk, dan pengentasan kemiskinan, sehingga mendapatkan pengakuan Internasional dan Lembaga PBB;
- Almarhumah Marsinah, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan. Marsinah adalah simbol keberanian moral dan perjuangan hak asasi manusia dari kalangan rakyat biasa;
- Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, tokoh dari Provinsi Jawa Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Hukum dan Politik. Riwayat perjuangan dari Mochtar Kusumaatmadja yang paling menonjol adalah gagasannya tentang konsep negara kepulauan yang digunakan oleh Djuanda Kartawidjaya dalam mendeklarasikan djuanda tahun 1953;
- Almarhumah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, tokoh dari Provinsi Sumatera Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan Islam. Rahmah El Yunusiyyah adalah ulama, pendidik, dan pejuang kemerdekaan, yang dedikasinya paling menonjol dalam memelopori pendidikan perempuan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara;
- Almarhum Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Bersenjata. Perjuangan militer Sarwo Edhie dimulai sebagai komandan kompi dalam TKR, selama periode Perang Kemerdekaan (1945-1949). Sarwo Edhie memimpin pasukannya dalam berbagai pertempuran;
- Almarhum Sultan Muhammad Salahuddin, tokoh dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi. Karyanya meliputi pembangunan Istana Bima, sekolah-sekolah agama dan umum, masjid besar, Bandara Sultan Muhammad Salahuddin, kitab Nurul Mubin, serta berbagai infrastruktur penting lainnya;
- Almarhum Syaikhona Muhammad Kholil, tokoh dari Provinsi Jawa Timur, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Pendidikan Islam. Pemikirannya mengenai penguatan pendidikan Islam berbasis pesantren serta gagasan “Hubbul Wathan Minal Iman” (cinta tanah air sebagai bagian dari iman) menjadi fondasi ideologis yang menggerakkan perjuangan para santri dalam melawan kolonialisme secara fisik dan kultural;
- Almarhum Tuan Rondahaim Saragih, tokoh dari Provinsi Sumatera Utara, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Bersenjata. Dikenal sebagai “Napoleon dari Batak”. Di bawah kepemimpinan Tuan Rondahaim Saragih, Pasukan Raya di Simalungun mencatatkan riwayat perjuangan menonjol melawan kolonialisme Belanda, dengan fokus pada pertahanan kemerdekaan yang berhasil; dan
- Almarhum Zainal Abidin Syah, tokoh dari Provinsi Maluku Utara, Pahlawan dalam Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi. Zainal Abidin Syah memiliki peran penting dalam mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua Barat, agar tetap menjadi bagian dari NKRI.***
