DI Ciwidey tak hanya ada Kawah Putih. Di areal Perkebunan Teh Rancabali terdapat kawah lain, namanya Kawah Rengganis. Dulu, kawah ini sering disebut Kawah Cibuni. Dari Kawah Putih, objek wisata ini jaraknya sekitar 10 Km. Sekitar 15 menit waktu perjalanan jika menggunakan kendaraan.
Untuk menuju ke kawah tersebut, pengunjung yang bawa kendaraan harus memarkir dekat pintu gerbang. Dari pintu gerbang jaraknya sekitar 1 Km. Di sana tersedia ojek yang siap mengantar pengunjung. Namun, berjalan pun akan terasa tidak melelahkan karena bisa melihat pemandangan perkebunan teh dan perkampungan asri di antara tebing tebing kawah. Untuk menikmati wisata alam tersebut pengunjung harus membayar Rp 10.000 dan parkir mobil Rp 5.000.
Sampai ke Kawah Rengganis, pengunjung bisa merasakan bau belerang. Untuk melihat kawah di sana, pengelola menyediakan jembatan yang terbuat dari bambu. Dari jembatan inilah pengunjung bisa berselfie dengan background pemandangan memesona. Asap mengepul menjadikan hasil jepretan memberikan nuansa lain.
Di area tak jauh dari kawah pengunjung bisa bersantai menggelar tikar sambil membawa bekal. Di sana juga ada tikar yang bisa dipakai, namun sebelumnya pastikan dulu kepada penyewanya harga tikar tersebut. Tikar tersebut biasanya disewakan Rp 5.000 per jam.
Pengunjung ke Kawah Rengganis tak hanya wisatawan lokal. Wisatawan mancanegara juga banyak yang datang ke sana. Pada Sabtu (8/10/2016) beberapa wisatawan dari luar negeri tampak berendam di pemandian air hangat yang mengandung sulfur.
Di Kawah Rengganis Ada Pemandian Air Hangat
Kawah Rengganis selain menyuguhkan pemandangan yang menawan juga ada pemandian air hangat yang masih mengandung pasir. Tempat ini menjadi favorit pengunjung karena airnya dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, terutama penyakit kulit.
Kawah Rengganis merupakan pertemuan dua sumber mata air, panas dan dingin. Sumber mata air panas sendiri berasal dari atas tebing. Kawah ini terbentuk dari proses alam jutaan tahun yang lalu. Beda dengan Kawah Putih, Kawah Rengganis ukurannya lebih kecil.
Di kawasan ini terdapat makam tanpa nama, hanya dua batu yang digunakan sebagai nisan. Di atas makam ini pun ada tulisan dalam bahasa Sunda berisi larangan pengunjung jangan mengambil sebagian tanah di makam tersebut. Sabtu itu, di sekitar lokasi terlihat beberapa orang yang sedang bersemedi. *
Pingback: Wisata Air di Bandung Selatan Tawarkan Kehangatan Air Pegunungan | Serba Bandung