DI kawasan viduk tak hanya ada patung laswi dan patung tentara pejuang. Di sana juga terdapat sentra pelek viaduk dan ban bekas. Tempat ini sudah dari dulu menjadi buruan pecinta pelek dan ban bekas.
Berbagai merek ban terkenal tersaji, seperti Bridgestone, GT Radial, Dunlop, dan Goodyear. Sedangkan pelek yang dijual di sana tidak hanya buatan pabrikan mobil, seperti Honda dan Toyota, tetapi ada juga merek Enkei, Mugen dan TRD.
Sentra itu sudah ada sejak tahu 1970-an. Bahkan dulu sebelum ada ruko di kawasan tersebut, para pedagang pelek ini menempati lahan, yang disebut Pasar Suniaraja. “Setelah ada ruko di sana mereka pindah. Tapi masih di sekitar Suniaraja,” kata Ajat (65) di kios peleknya, Jumat (6/2/2015).
Ajat yang juga pedagang pelek dan ban bekas di sekitar viaduk menuturkan, sepanjang Jalan Suniaraja memang terkenal dengan sentra pelek dan ban. “Banyak yang mencari ke sini (pelek). Macam-macam, ada yang beli pelek ada juga yang beli ban,” kata Ajat yang mengaku sejak kecil sudah tinggal di kawasan ini.
Setiap harinya, kata Ajat, dia bisa menjual empat pelek atau ban. Menurutnya tidak tetap. Bahkan, katanya, sehari bisa hanya satu yang laku. “Tergantung lah. Kalau lagi ramai, ya ramai. Kalau sepi, ya paling laku cuma satu,” ujarnya.
Para pemburu pelek dan ban ini tidak hanya membeli, tapi juga tukar tambah untuk mendapatkan yang lebih bagus dari yang dipakainya sebelumnya. Menurut Ajat, tapi ada juga yang sengaja beli pelek atau ban di sini. “Bukan tukar tambah,” katanya.
Menurut Ajat pelek yang dijualnya harganya tergantung jenis peleknya. “Saya menjual pelek paling mahal harganya Rp 2,5 juta. Ini, kan, barang second. Jadi sudah pasti harus ada selisih dengan yang baru. Yang baru harganya paling Rp 4 juta,” katanya.
Ajat mengaku berjualan pelek dan ban bekas di sana sekitar tahun 2004. Posisi kiosnya tidak jauh dari Masjid Persis, dan hanya beberapa langkah dari jembatan kereta api. “Lumayan lama juga, sejak 2004 saya berjualan di sini,” kata Ajat. *