Warga Tionghoa dijadikan perantara perekonomian bangsa Eropa dan pribumi dalam perdagangan rempah-rempah dari pribumi ke Belanda untuk diekspor. Lama kelamaan kedekatan itu pun memudar.
Bangsa Tionghoa pertama kali datang ke Indonesia melalui ekspedisi Laksama Haji Muhammad Cheng Hoo (1404-1433).
Ketika itu, Cheng Hoo berkeliling dunia untuk membuka jalur sutra dan keramik.
Cheng Hoo pernah menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Sejak ekspedisi itu, berangsur-angsur bangsa Tionghoa berdatangan dan membangun pecinan di beberapada daerah di Pulau Jawa.
Kuncen Bandung, Haryoto Kunto dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (Granesia, 1984) menyebut sebagian warga Tionghoa di Pulau Jawa pindah ke Bandung ketika terjadi Perang Diponegoro (1825).