Jaksa Agung: Bencana Sumatra Diduga Karena Alih Fungsi Lahan yang Masif

SERBA BANDUNG – Jaksa Agung ST Burhanuddin melaporkan kepada Presiddn Prabowo, bahwa hasil klarifikasi Satgas PKH dan hasil analisis Pusat Riset Interdisipliner ITB, diperoleh temuan terdapat korelasi kuat bencana banjir besar di Sumatra bukan sekadar fenomena alam biasa, melainkan terarah kepada alih fungsi lahan yang masif di hulu daerah aliran sungai.

Hal itu, ditegaskan Burhanuddin dalam acara penyerahan hasil penyelamatan keuangan negara di Gedung Kejaksaan Agung (Kejagung), Jakarta Selatan, Rabu 24 Desember 2025.

“Terkait bencana banjir bandang di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, Satgas PKH telah melakukan identifikasi dengan temuan, yakni sejumlah besar entitas korporasi dan perorangan diindikasi dan berkontribusi terhadap bencana bandang,” kata Burhanuddin.

Baca juga: Prabowo Saksikan Penyerahan Penyelamatan Keuangan Negara Rp6,6 Triliun Lebih dan Lahan Seluas 893.002,383 Ha

Selaku Wakil Ketua I Pengarah Satgas PKH, Jaksa Agung mengatakan bahwa penyelidikan dilakukan tidak hanya melalui pemeriksaan terhadap individu dan korporasi, tetapi juga dengan melibatkan kalangan akademisi. Satgas PKH juga mengajak Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan analisis ilmiah.

“Hasil klarifikasi Satgas PKH dan hasil analisis Pusat Riset Interdisipliner ITB, diperoleh temuan terdapat korelasi kuat bencana banjir besar di Sumatra bukan sekadar fenomena (alam) biasa, melainkan terarah kepada alih fungsi lahan yang masif di hulu daerah aliran sungai,” terangnya.

Burhanuddin menyebut, Satgas PKH telah memeriksa sebanyak 27 korporasi atau perusahaan terkait bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Hasilnya, diduga kuat ada alih fungsi lahan di wilayah Sumatra yang menjadi pemicu terjadinya bencana yang begitu luar biasa.

Baca juga: Presiden Prabowo Tidak Menginginkan ada Budaya Wisata Bencana!

Alih fungsi kawasan hutan yang masif, menurut Burhanuddin, diperparah oleh kondisi cuaca ekstrem. Keduanya menjadi faktor pemicu terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di tiga provinsi tersebut, yang menelan korban meninggal dunia mencapai lebih dari 1.000 jiwa.

Alih fungsi lahan, masih kata Burhanuddin, bertemu dengan hujan yang tinggi sehingga berdampak pada hilangnya hutan dan vegetasi di hulu daerah aliran sungai. 

“Ini menyebabkan daya serap tanah berkurang, aliran air permukaan meningkat tajam secara ekstrem, dan banjir bandang terjadi akibat air meluber ke permukaan,” tandasnya.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *