Tak banyak yang tahu di Bandung punya Kampung Wisata Sablon. Kampung ini berada di Muararajeun RW 05, Kelurahan Cihaurgeulis, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung. Lokasinya masuk ke sebuah jalan di tepi Jalan Surapati atau kawasan Suci yang lebih dulu terkenal lewat sentra sablonnya.
Kampung Wisata Sablon merupakan tempat komunitas yang menciptakan satu wilayah ekonomi mandiri tingkat RW serta meciptakan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar wilayah RW 05. Komunitas di Kampung Wisata Sablon adalah perajin usaha sablon kaus. Mereka bekerja mulai dari proses mentah hingga menjadi sebuah produk unggulan daerah.
Para perajin sablon di kawasan ini berskala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Meski begitu, untuk promosi produk unggulan hasil dari perajin, mereka lakukan melalui media digital meliputi web, media sosial, dan lain lain.
Kawasan Muararajeun sebenarnya pada pertengahan tahun 90-an sudah ada yang mendirikan industri rumahan sablon. Saat itu, jumlahnya hanya 4 perajin sablon kaus. Sekitar tahun 2000-an bermunculan perajin-perajin sablon kaus menyusul berjamurnya industri kreatif clothing distro di Bandung.
Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh warga yang beralih profesi menjadi perajin meliputi proses pembuatan pakaian dari pemotongan kain (cutting), setting design, sablon, jahit, steam & packing. Berdasarkan data dari laman mereka, di kawasan tersebut terdapat kurang lebih ada 76 perajin.
Bram Penggagas Kampung Wisata Sablon Muarajeun
Penggagas Kampung Wisata Sablon di Muararajen itu adalah Ibrahim Subagio. Bram, panggilan Ibrahim, sudah 25 tahun jatuh bangun merintis usaha kerajinan sablon dan konveksi di kawasan tersebut.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (11/9/2016), tadinya produksi yang dihasilkan Bram 100 kaus per bulan, sekarang mampu mengerjakan pesanan hingga 5.000 hingga 6.000 per bulan. Pelanggannya tersebar setidaknya di 70 outlet distro serta toko pakaian di Indonesia, Australia hingga Timor Leste.
Kampung Wisata Sablon yang digagas ayah dua anak ini memberikan ruang positif bagi para anak muda. Sedikitnya sudah ada 30 warga yang mengikuti jejaknya. *