DI sudut perempatan Jalan Braga dan Jalan Perintis Kemerdekaan terdapat gedung bercat biru putih. Gedung itu berhadap-hadapan dengan gedung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat dan Banten). Namanya Gedung Kerta Mukti. Gedung ini sekarang digunakan untuk kantor Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat.
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air adalah salah satu Dinas di Provinsi Jawa Barat yang pekerjannya berkaitan dengan permasalahan sumber daya air.
Sebelumnya gedung ini identik dengan pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Gedung ini pernah menjadi Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat sebelum pindah ke Gedung Sate pada 1980.
Saat itu yang menjadi Gubernur Jawa Barat adalah Aang Kunaefi. Aang menjadi gubernur antara tahun 1975 dan 1985. Sebelum menjadi gubernur Aang pernah menjadi Komandan Kodim Kota Cirebon dan Panglima Kodam III Siliwangi. Pada 1955, ia menjabat sebagai Komandan Seskoad.
Kerta Mukti memang tidak seluas Gedung Sate. Gedung ini dulunya adalah milik orang Belanda yang bernama Soesman. Dalam laman su.m.wikipedia.org disebutkan Soesman adalah orang kaya raya. Dia pemilik lapang pacuan kuda di Tegallega yang sekarang jadi Lapang Tegallela tempat berdirinya Monumen Bandung Lautan Api.
Kerta Mukti Berada di Seberang BI
Bahkan di kampungindian.blogspot.com disebutkan orang Belanda itu memiliki kuda balap paling jempol di kota. Istal kudanya terletak berderet di belakang rumahnya.
Di depan gedung itu sebelum berdiri De Javasche Bank (sekarang Gedung Bank Indonesia) adalah sebuah lapangan bekas Gudang Garam yang terbakar pada 1901. Di lapangan itu sering dipertunjukan sirkus, sandiwara, dan seni yang lainnya.
Menurut laman disparbud.jabarprov.go.id, Gedung Bank Indonesia ini dahulu merupakan kantor cabang De Javasche Bank (DJB) ke-15. Pembangunannya memakan waktu tiga tahun antara 1915 dan 1918.
Gedung bergaya arsitektur Neo Klasik (Electicism) ini diarsiteki oleh arsitek Hulswit, Fermont dan Ed. Cuypers. Ciri khasnya adalah memiliki keindahan dengan menara yang tinggi sehingga mudah terlihat dari jarak jauh.
Gedung Bank Indoensia dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai tindakan antisipasi meluasnya dampak Perang Boer (1899-1902) di Afrika Selatan. Perang Boer merupakan peperangan antara Imperium Britania dan 2 republik Boer merdeka, yakni Negara Bebas Oranje dan Republik Transvaal, antara abad ke-19 dan awal abad ke-20.