Oded mengatakan, meski telah diresmikan, area kolam masih belum bisa diakses masyarakat.
Pemkot Bandung masih menutup sejumlah fasilitas ruang publik terkait level kewaspadaan Covid-19 di Kota Bandung masih berada di zona merah.
Namun, sambung Oded, penutupan ruang publik ini sekaligus menjadi peluang bagi Pemkot Bandung agar bisa mengoptimalkan penataan.
Sehingga ketika pandemi Covid-19 sudah mereda, fasilitas ruang publik menjadi lebih nyaman diakses oleh masyarakat.
“Tapi ke depan kalau sudah Covid selesai ini bagian dari upaya kita membuat ruang publik lebih banyak,” ujarnya.
Oded mengungkapkan optimalisasi keberadaan kolam retensi menjadi bagian dari upaya Pemkot Bandung untuk mengatasi masalah banjir.
Diakuinya, semangat pembuatan kolam retensi juga terinspirasi dari kondisi pada zaman dahulu ketika di Kota Bandung masih terdapat banyak danau untuk menampung air.
“Kolam retensi ini jangan berpikir parsial. Atinya kolam retenai itu mengembalikan ketika zaman dulu di Kota Bandung banyak danau. Ketika sekarang danau itu sudah jadi hunian.
“Kita mencoba mengembalikan walaupun kecil tapi kalau diperbanyak mulai dari yang kecil seperti ini sampai yang besar,” terangnya.
Oded memastikan, Pemkot Bandung akan terus menata kolam retensi dan aliran sungai.
Sebelumnya Pemkot Bandung juga telah menata beberapa sungai seperti di Cafe Walungan Pagarsih, Serlok Bantaran, dan lokasi lainnya.
“Saya minta agar semua sungai diinventarisir. Mana dulu yang memungkinkan diprioritaskan. Jadi insyaallah akan diperbanyak,” Oded menambahkan.