Media Irak Mengabarkan Jepang dan Korea Umumkan Niatnya untuk Keluar dari AFC

SERBA BANDUNG – Presiden Federasi Sepak Bola Jepang (JFA), Tsuneyasu Miyamoto, memulai langkah mengajak sejumlah asosiasi sepak bola Asia untuk keluar dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Media Irak sp7sp7 melaporkan bahwa Miyamoto telah mengadakan pertemuan dengan Indonesia, Korea Selatan, Irak dan Australia, untuk membahas ketidakpuasan terhadap dominasi dua negara tersebut dalam hampir semua aspek.
Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, Qatar sudah dua kali menjadi tuan rumah Piala Asia serta satu kali menjadi tuan rumah Piala Dunia. Sementara Arab Saudi, selain mengamankan posisi untuk menjadi tuan rumah dua ajang besar, juga disebut aktif mempengaruhi kebijakan internal AFC.
Baca juga: Patrick Kluivert Akhirnya Resmi Dipecat PSSI
AFC dinilai hanya memprioritaskan kepentingan Qatar dan Arab Saudi dalam pengambilan keputusan dan perolehan sponsor, dan telah melangkah terlalu jauh dari itu, yang menghancurkan hukum fair play di benua Asia.
“Konfederasi Sepak Bola Asia telah meninggalkan prinsip keadilan dan kesempatan yang setara, tetapi justru berpihak pada dua negara (Qatar dan Arab Saudi) yang mendominasi benua ini,” demikian sp7sp7 melaporkan Jumat 17 Oktober 2025.
Federasi Sepak Bola Indonesia dikabarkan tengah berkoordinasi dengan Oman, sementara Irak menunggu untuk mendukung Jepang dan Korea.
Baca juga: Pesan Jay Idzes Kepada Indonesia: Tetap Percaya, Terus Bermimpi dan Tetap Berdiri Bersama Kami!
Koordinasi ini dilakukan karena kedua negara juga merasa dirugikan dengan ditunjuknya Arab Saudi dan Qatar sebagai tuan rumah babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Media Irak sp7sp7 juga mengisyaratkan kemungkinan besar negara-negara yang keluar akan membentuk konfederasi sepak bola baru sebagai tandingan AFC. Keputusan dari federasi Jepang dan Korea Selatan disebut sebagai langkah berani yang menjadi pionir.
Situasi yang semakin memanas ini membuka peluang terbentuknya konfederasi sepak bola tandingan di Asia. Jepang dan Korea Selatan disebut sebagai motor penggerak utama dari wacana ini.
Mereka bahkan mulai menjajaki kemungkinan mengundang beberapa negara dari Asia Timur, Asia Tenggara, dan Timur Tengah untuk bergabung dalam struktur baru yang dianggap lebih adil dan profesional.***