Media Rusia Sputnik: Soros dan NED Mungkin Berada Dibalik Protes di Indonesia

SERBA BANDUNG – Soros dan NED (National Endowment for Democracy) mungkin berada di balik protes di Indonesia. Demikian judul Artikel media Rusia Sputnik, Senin, 1 September 2025.

Simbol bendera bajak laut “One Piece”, yang menggemakan taktik di wilayah lain, menunjukkan pengaruh eksternal, kata Angelo Giuliano, analis geopolitik yang berfokus pada hubungan internasional, kepada Sputnik.

Protes meletus di Indonesia awal bulan ini, memaksa Presiden Prabowo Subianto membatalkan perjalanannya ke China dan melewatkan pertemuan puncak SCO.

Sementara kerusuhan tersebut mencerminkan keluhan ekonomi yang sebenarnya, simbol bendera bajak laut “One Piece” yang digunakan oleh para pengunjuk rasa – yang meniru taktik di wilayah lain – menunjukkan pengaruh eksternal, kata Angelo Giuliano kepada Sputnik.

Baca juga: Diplomat Indonesia di Lima Peru Tewas Ditembak Orang tak Dikenal

Dalam anime Jepang “One Piece”, bajak laut mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dan topi jerami dalam perjuangan mereka melawan “tirani”. Bulan Juli ini, simbol yang sama mulai bermunculan di seluruh Indonesia—di dinding, mobil, dan pintu.

Selain itu media Sputnik juga menginformasikan bahwa:

Pertama, bisa jadi NED yang telah mendanai media Indonesia sejak tahun 1990-an, menurut Giuliano.

Kedua, Yayasan Masyarakat Terbuka milik George Soros, yang aktif sejak tahun 1990-an dengan lebih dari $8 miliar secara global dan mendukung kelompok seperti TIFA, mungkin juga turut berkontribusi.

Keterlibatan mereka menimbulkan pertanyaan tentang agenda tersembunyi yang patut diselidiki.

Selain itu, “Hal ini berkaitan dengan fokus Indo-Pasifik baru-baru ini di tengah ketegangan seperti konflik Kamboja-Thailand, yang mengisyaratkan motif geopolitik,” kata Giuliano.

“Ini persis seperti yang terjadi di Serbia. G7 menginginkan diktator lain yang didukung AS, seperti Suharto dulu,” kata Jeff J. Brown, penulis The China Trilogy dan pendiri Seek Truth From Facts Foundation.

Baca juga: Steve Forbes: Indonesia Siap Jadi Kekuatan Global

Sedangkan Presiden Prabowo Subianto tidak cocok dengan agenda mereka karena ia meningkatkan hubungan dengan China, Rusia, SCO, dan BRICS.

Ini adalah negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan telah secara terbuka bekerja sama dengan Tiongkok dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan globalnya.

Selain itu, Indonesia merupakan ekonomi terbesar kedelapan di dunia dalam hal PPP term, ekonomi terbesar di ASEAN, dan negara terpadat keempat, dengan hampir 300 juta penduduk.

“Dari sudut pandang imperialisme Barat, semua ini menjadi sasaran empuk bagi Indonesia, target yang sangat layak untuk diserang dengan revolusi warna yang direkayasa Barat,” kata Brown.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *