DI antara monumen yang menjulang di Monumen Perjuangan (Monju) ada pintu yang menuju ke bawah. Di bawah tersebut terdapat Museum Monju masyarakat Jawa Barat masa penjajahan hingga mempertahankan kemerdekaan.
Arah ke ruangan bawah harus melalui sebuah pintu kecil yang dijaga oleh seorang petugas. Pintu tersebut diapit relief dan prasasti Bahasa Sunda, yang melukiskan heroiknya perjuangan masyarakat Jawa Barat mengusir penjajah di Bumi Pertiwi.
Pengunjung oleh petugas dipersilakan menandatangani buku tamu. Kemudian dibawa ke sebuah ruangan, dan diantar oleh petugas lainnya masuk ke Museum Monju yang penerangannya remang-remang. Pengunjung mendapatkan arahan dari pertugas ketika berkunjung ke Museum Monju.
Di ruangan tersebut terdapat diorama perjuangan masyarakat Jawa Barat. Pengunjung bisa menyaksikannya dari balik kaca yang dibatasi pagar besi. Di depan ada alat multimedia yang bisa digunakan untuk pengunjung untuk mendengarkan audio, melihat video, dan membaca sejarah diorama yang sedang disaksikan pengunjung.
Diorama di museum itu ada seputar perjuangan Dewi Sartika memperjuangkan penyetaraan hak mendapatkan pendidikan buat perempuan. Dalam diorama tersebut digambarkan Dewi Sartika sedang mengajar anak didik di sekolah Kautamaan Istri.
Di museum itu juga terdapat boneka-boneka berukuran manusia yang menggunakan seragam tentara pada masa lalu. Dalam etalase lainnya terdapat pajangan foto, dan peta jejak para pejuang pada masa penjajahan dulu.
Perpustakaan di Museum Monju
Di bawah Monumen Perjuangan selain museum, terdapat perpustakaan dan auditorium. Dalam perpustakaan tersebut tersedia ruang baca, ruang duplikat, dan ruang microfilm. Sedangkan auditorium biasa dipergunakan untuk memberikan ceramah, diskusi, pemutaran film, dan pemutaran lagu-lagu perjuangan.
Untuk menjaga keawetan dari pengaruh kelembapan udara semua ruang di bawah monumen menggunakan AC dan penerangan buatan kecuali ruang hall dan lobi. Demi kenyamanan, semua ruangan bebas hama, pencahayaan cukup, keamanan dari bahaya kebakaran dan gangguan dari pengunjung.
Para pengunjung bisa menikmati fasilitas tersebut gratis alias tidak dipungut biaya. Menurut petugas di monumen itu untuk hal tersebut memang belum ada perdanya. Sejak April 2010 monumen ini dikelola oleh Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisional (BPKSNT), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. *