DI Jalan Merdeka terdapat gedung yang tidak terurus, lapuk dan kusam. Namanya Panti Karya. Lokasinya persis di depan Bandung Indonesia Plaza (BIP), di samping Toko Gramedia.
Di gedung itu tertempel pelang bertuliskan “Panti Karya” berwarna merah kehitaman.
Di beberapa jendela kacanya pecah-pecah, bahkan sudah tidak berkaca lagi.
Tembok dindingnya sudah lapuk sehingga batu bata merahnya ada yang sudah kelihatan. Orang lebih mengenal gedung ini gedung panti karya,
Pelataran gedung ini sekarang digunakan tempat lahan parkir yang akan berpelesir di kawasan Jalan Merdeka.
Sementara di lantai satu masih digunakan gerai makanan cepat saji.
Gedung ini sudah lama berdiri. Sebelum di kawasan ini berdiri BIP (dibuka pada 1989), dan Toko Gramedia (berdiri pada 1980), yang membuat kawasan ini ramai dikunjungi, gedung ini sudah diresmikan Menteri Muda Perburuhan Ahem Amingpradja. Ahem mewakili Perdana Menteri Djuanda.
Bangunan ini didirikan pada 1956. Dulunya digunakan untuk perkantoran Badan Sosial Pusat (BSP). BSP merupakan anak perusahaan Jawatan kereta Api yang bergerak dalam bidang kesejaterahan Pegawai PJKA.
Di Panti Karya Pernah Ada Bioskop
Pada 1970-an di lantai dasar gedung ini disulap menjadi bioskop. Nama bioskopnya Panti Karya.
Berbeda dengan konsep bioskop sekarang yang menggunakan konsep cineplex (dalam satu gedung terdapat beberap ruang pertunjukan), di Panti Karya hanya terdapat satu ruang pertunjukan saja.
Seperti bioskop-bioskop jaman dulu di sini juga terdapat balkon yang bisa menampung sekitar 200 kursi penonton. Bioskop ini tutup sekitar akhir 1980-an.
Selain bioskop di lantai dua digunakan untuk perkantoran. Di sini juga pernah digunakan kampus oleh sebuah akademi akuntansi.
Mahasiswa akademi ini kuliah di lantai tiga dan empat. Sedangkan di bagian atas dipakai sebuah stasiun radio.
Indra Erzaman dalam surat pembaca pikiran rakyat tanggal 07 Juni 2006 melukiskan betapa asrinya gedung ini dulu.
Halamannya bersih ditutupi pasir hitam, di sebelah kiri gedung ada taman bunga yang apik.
Menurut warga Jalan Kembar Timur I No. 22, ini di sana pernah berdiri patung perunggu berseragam tentara mengepit tongkat dalam sikap sempurna.
Banyak yang menyebut patung itu patung Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani.
“Sepengetahuan saya, gedung ini adalah milik Yapenka, yang pada periode itu dipimpin oleh Bapak Ir. Santoso, amat terawat, pikabetaheun,” tulis Indra dalam surat pembaca. *