Apa yang dimaksud pasar tradisional? Pasar sendiri artinya adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Adapun pasar tradisional adalah pasar yang aktivitasnya masih menggunakan cara-cara tradisional seperti transaksinya masih melalui proses tawar-menawar. Pasar tradisional di Bandung, pun banyak yang masih berdiri.
Pasar tradisional di Bandung tersebesar di kawasan yang memang merupakan kawasan bisnis. Kosambi misalnya. Pasar ini berada di Jalan Ahmad Yani. Seperti pasar tradisional lainnya di pasar ini banyak pedagang yang menjual bahan kebutuhan pokok.
Di pasar ini juga ada yang menjual sandang seperti pakaian dan kain. Yang menarik sejak dulu hingga sekarang di Kosambi banyak pedagang yang menjual oleh-oleh khas Bandung seperti goreng tempe, sale pisang, oncom goreng, dan banyak lagi.
Pasar ini pernah direnovasi hingga menjadi 6 lantai. Dulu pasar ini hanya dua lantai. Lantai bawahnya pasar dan lantai duanya Bandung Theater. Alih-alih ingin mendatangkan pengunjung, justru pasar ini setelah direnovasi semakin sepi pembeli. Bangunan enam lantai pasar ini terbengkalai. Hanya dua lantai yang terpakai.
Pasar tradisional di Bandung di Gedebage
Pasar tradisional di Bandung yang berfungsi sebagai pasar induk adalah Pasar Induk Gedebage. Keberadaannya sangat membantu warga di kawasan Bandung Timur. Kebakaran yang beberapa kali menghanguskan pasar yang bediri pada 1980. Api pernah melalap pasar ini pada 2002, 2010, dan terkahir pasar ini terbakar pada 20 Juli 2015.
Pasar ini mulai dikelola pemerintah pada 2008. Di kompleks pasar itu dibangun los-los untuk pedagang sayuran, buah-buahan, daging, ikan, hingga pakaian. Pasar ini semakin populer setelah pada 2004 pemerintah Kota Bandung menyediakan lahan untuk para pedagang kaki lima pakaian di kawasan Cibadak dan Tegallega. Lahan tersebut berdiri di bagian kompleks pasar ini.
Di Jalan Soekarno Hatta Bandung (Kopo) Bandung ada Pasar Induk Caringin. Pasar yang dibangun oleh pihak swasta ini adalah salah satu pasar terbesar di kota ini. Pedagang pasar di sini pedagang pindahan dari Pasar Ciroyom. Para pedagang membangunnya secara swadaya melalui Koperasi Pasar (Kopas) yang mereka bentuk selama masih di Pasar Ciroyom.
Pasar tradisional di Bandung di Caringin
Pasar Induk Caringin disuplai dari 11 Provinsi dari Pulau Sumatra, Jawa, dan Bali. Komoditi perdagangan pun juga beragam, ada sayur-sayuran, buah-buahan, ikan, daging, pakaian, alat-alat kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain.
Pasar tradisional di Bandung yang paling tersohor adalah Pasar Baru. Pasar ini tidak hanya dikunjungi warga kota ini, tapi juga datang dari kota-kota lain. Bahkan dari Singapura, dan Malaysia.
Pasar Baru dibangun pada 1896. Pembangunan tersebut untuk menampung pedagang yang membuka usahanya di sekitar Alun-alun dan Sumedangweg Jalan Otista sekarang. Awalnya hanyalah bangungan semipermanen yang kumuh. Baru pada 1926 berdiri bangunan permanen. Pada 1936, pasar ini sempat menjadi pasar terbersih di Nusantara.
Pada dekade 70-an, pasar direnovasi menjadi sebuah bangunan bertingkat. Namun di lantai atas (upper floors) tidak pernah terhuni penuh. Pada 2001 bangunan ini kembali direnovasi, dan diresmikan oleh Wali Kota Bandung Aa Tarmana pada 2003. Dengan konsep model Trade Centre, gedung modern berlantai 11 ini (termasuk basement dan lahan parkir) menelan dana lebih dari 150 miliar.