Pelukis Jalanan, Satu Lukisan Ada yang Harganya Rp 200.000

JIKA berjalan-jalan di Jalan Asia Afrika  mulai dari Kantor Pos Besar hingga Jalan Oto Iskandardinata biasanya berjejer penjual pigura dan pelukis jalanan. Seperti pedagang kaki lima lainnya, mereka menjajakan barangnya di emperan toko.

Lukisannya bermacam, ada lukisan pemandangan, gedung, orang, dan pasar. Begitu juga dengan pigura. Pigura yang mereka jual terdiri dari berbagai ukuran sesuai ukuran kertas foto. Ada yang kecil, sedang, dan ada yang besar.

Mereka menjajakan lukisan, dan menawarkan jasa melukis di sana sudah lama berlangsung. Ketika tahun 1980-an, para penjaja lukisan ini sudah berjejer di sini. Harganya pun bervariasi, tergantung hasil tawar menawar penjual dan pembeli.

Salah satu pelukis itu adalah Iwan (40). Iwan mengaku sudah lama menawarkan jasa lukisan di sana. Dia mengaku sudah lima belas tahun menempati emperan toko di kawasan Jalan Asia Afrika tersebut.

Pelukis Jalanan Setiap Hari Mendapat Order

Iwan mengaku setiap hari mendapatkan order lukisan. Setiap harinya bisa menyelesaikan tiga lukisan. Iwan memasang tarif  Ro 200.000 untu satu lukisan.

“Bisa ditunggu, bisa juga enggak. Bagaimana yang pesan saja,” kata Iwan ditemui di emperan toko, Jumat (9/1/2015).

Mengenai orden, menurut Iwan tidak pernah sepi karena berkerja sama dengan pelukis jalanan di Jalan Braga. “Kerja sama. Tapi tidak ada organisasinya. Apalagi komunitas,” kata Iwan sambil memainkan usapan pensilnya di kertas putih yang telah terisi lukisan seorang perempuan berjilbab.

Tak jauh dari emperan Iwan, ada emperan lain lagi. Ada beberapa lukisan di sana. Namun si pemilik sedang tertidur lelap. Kepalanya tertutup pigura lukisan yang berdiri. Sementara kakinya menjulur keluar.

Persis di belokan Jalan Alkateri pedagang pigura lainnya menjajakan barang dengan menggukan roda. Mereka tidak memanfaatkan emperan toko. Tumpukan pigura menyender ke dinding sebuah bangunan di sana. *