BAMBU adalah tumbuhan yang sudah sangat jarang bisa ditemukan di Kota Bandung. Masyarakat seperti melupakan keberadaan bambu. Masyarakat baru teringat pada keberadaannya kalau benar-benar memerlukan tumbuhan tersebu, seperti menjelang 17 Agutus untuk tang bendera, atau untuk kebutuhan lainya.
Untungnya di Bandung ada penjual bambu di beberapa kawasan, seperti di Jalan Soekarno Hatta, tak jauh dari Depo Bangunan. Di Kiaracondong juga ada yang menjualnya persis dekat rel kereta api. Penjual lainnya ada di Jalan Aceh.
Bambu memang mulai dicari orang dan penjualannya meningkat seminggu sebelum peringatan 17 Agustusan. Selain digunakan untuk tiang bendera, ada juga yang digunakan untuk bahan pembuatan gapura.
Dulu di pedesaan rumah-rumahnya masih banyak yang menggunakan dinding berbahan ini. Orang Sunda biasa menyebutnya bilik. Bilik adalah bambu yang telah dibikin tipis kemudian dianyam, sedangkan yang tebal terutama bagian pangkal biasa digunakan untuk kaso.
Tidak di pedesaan warga yang tinggal di perkotaan pun ada mengingginkan rumahnya terbuat dari bahan ini. Untuk itu ada beberapa perusahaan yang memberikan jada pembuatan Gazebo.
Bahkan sekarang banyak juga yang membuat kerajinan yang terbuat dari bahan ini, seperti meja, kursi, pas bunga, dan banyak lagi. Sebuah terobosan datang dari Bogor yang memunculkan jam kreasi inovatif terbuat dari bambu menggunakan gerak gravitasi. Jam ini diciptakan oleh Zainullah.
Bahan ini biasanya dijaul per batang dan harganya biasanya mengikuti ukuran panjang dan besar. Penjualnya di Bandung ada yang mendatangkan dari Curugu Cinulang, Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Menurut Wikipedia bambu adalah rumput-rumputan berongga dan memiliki ruas di batangnya dan biasa disebut buluh, aur, dan eru, merupakan tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung kondisi tanah dan klimatologi tempat penanaman. *
Penjual Bambu di Bandung
- Di Jalan Kiaracondong
- Di Jalan Soekarno Hatta
- Di Jalan Aceh