BAGI penggemar keramik silakan datang ke sentra keramik di Jalan Kebon Jayanti, Kiaracondong. Keramik yang tersedia di sini banyak pilihannya, di antaranya adalah guci, piring, hiasan dinding, asbak, dan masih banyak lagi. Bahkan mereka juga menerima bentuk keramik pesanan pelanggan.
Sentra keramik di Kota Bandung ini sudah ada sejak zaman kolonial. Perkembangannya mulai terlihat pada 1920-an. Adapun daerah yang terkenal sebagai penghasil keramik hias pertama di Kota Bandung adalah Kiaracondong. Lokasinya berada di Jalan Kebon Jayanti, Kiaracondong. Sentra keramik ini mulai dikenal pada 1965.
Untuk menghasilkan grabah atau keramik yang berkualitas bagus, para produsen mendatangkan bahan baku dari Sukabumi dan Bangka Belitung. Bahan baku dari dua tempat tersebut memiliki kualitas lebih baik daripada bahan baku yang ada di wilayah kota Bandung seperti di Nagreg, Kabupaten Bandung.
Guci berukuran besar dalam pembuatannya membutuhkan waktu dua minggu, bahkan lebih. Perajin sangat tergantung pada cuaca ketika menyelesaikan pekerjaanya. Selain itu lamanya proses pembakaran juga mempengaruhi waktu penyelesaian keramik. Bentuk keramik pun ternyata menjadi penentu lama tidaknya pembuatan barang kerajinan tersebut.
Produk industri rumahan ini pernah sangat digandrungi. Namun lambat laun ketenarannya mulai berkurang karena perajinnya mulai enggan berproduksi. Mereka menganggap biaya produksi untuk membuat keramik semakin mahal.
Salah satu penyebab ongkos produksi jadi melambung karena tingginya harga bahan bakar minyak (BBM). Mereka biasanya menggunakan minyak untuk melakukan pembakaran. Apalagi setelah minyak susah dicari karena program konversi minyak ke gas yang dilakukan pemerintah membuat minyak semakin langka.
Sentra Keramik Harus Dipertahankan
Lurah Sukapura, Asep darojat (56) mengatakan kepada Bandung.go.id, usaha sentral keramik sudah menjadi identitas bagi kecamatan Kiaracondong. Banyak pengrajin yang dapat mengirim ke seluruh Indonesia.
“Awal mula sentral keramik Kiaracondong berasal dari keluarahan Sukapura, Kecamatan Kiaracondong. Namun setelah kebijakan bapak camat, akan memusatkannya di kelurahan Kebon Jayanti. Saya selalu mendukung segala upaya untuk memajukan sentral industri keramik yang ada di sini,” katanya kepada Bandung.go.id.
Asep berharap, industri sentral keramik Kiaracondong bisa maju dan dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri.
“Jangan sampai hilang. Kita bersama-sama mempertahankanya. Karena untuk mengembangkan ciri khas suatu daerah perlu konsisten supaya terus terjaga dan bersaing dengan produk luar,” ujarnya.