Skandal Naturalisasi, AFC Ingatkan Pemerintah Malaysia Tidak Campuri Urusan FAM

SERBA BANDUNG – Sekretaris Jenderal Konfederasi Sepak bola Asia (AFC) Datuk Seri Windsor Paul John mengingatkan pemerintah Malaysia agar tidak mencampuri urusan Asosiasi Sepak bola Malaysia (FAM).

“Walaupun FAM sedang berkrisis, kementerian atau menterinya tidak boleh mengarahkan pejabat FAM agar meletakkan jawatan (jabatan). Mereka tidak boleh, karena mereka dipilih oleh afiliasi anggota,” kata John seperti dikutip New Straits Times pada Kamis.

Sementara itu, FIFA secara resmi meluncurkan investigasi penuh terhadap internal Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan bahkan melaporkan pelanggaran pidana pemalsuan dokumen ke otoritas hukum di lima negara.

Langkah ini diumumkan dalam laporan resmi setebal 63 halaman berjudul “Motivated Decision – Football Association of Malaysia”, yang dirilis FIFA pada Selasa 18 November 2025.

Laporan tersebut merupakan tindak lanjut setelah banding FAM resmi ditolak pada 3 November lalu dan sanksi terhadap tujuh pemain naturalisasi tetap diberlakukan.

Baca juga: Sumardji: Lima Calon Pelatih Timnas Pengganti Kluivert akan Diinterview Minggu Depan

FIFA Temukam Sejumlah Bukti Baru

Dalam laporan investigasi, FIFA menemukan sejumlah bukti baru, termasuk tangkapan layar percakapan WhatsApp antara beberapa pemain dengan pejabat FAM yang menunjukkan adanya pertukaran dokumen palsu akta kelahiran.

“Dalam percakapan tersebut, para pemain mengirimkan salinan akta kelahiran kakek-nenek mereka yang secara jelas menunjukkan tempat lahir bukan di Malaysia,” tulis laporan FIFA.

Salah satu momen paling mencolok terjadi saat sidang disiplin FIFA, ketika Gabriel Felipe Arrocha, yang sebelumnya terdaftar sebagai Gabriel Palmero, tanpa sengaja mengakui asal-usul keluarganya.

“Kakek saya lahir di Venezuela dan nenek saya di Spanyol… maksud saya Malaysia, maaf,” ujar Arrocha dalam persidangan, seperti dikutip FIFA.

Pernyataan ini, menurut FIFA, memperkuat bukti bahwa dokumen kelahiran para leluhur tujuh pemain tersebut telah dipalsukan untuk memenuhi syarat keturunan.

Baca juga: The Guardian: Indonesia Sebagai Tim Sepak Bola Terkuat di Asia Tenggara, Malaysia Iri!

Kasus Skandal Naturalusasi FAM telah Didorong ke Ranah Hukum Lintas Negara

Belakangan FIFA menyatakan bahwa kasus ini telah didorong ke ranah hukum lintas negara. Komite Disiplin FIFA memerintahkan sekretariatnya untuk segera melaporkan temuan pemalsuan dokumen ke otoritas kriminal di Malaysia, Brasil, Argentina, Belanda, dan Spanyol.

“Mengingat sifat dan tingkat keseriusan pelanggaran, terutama pemalsuan dokumen resmi, sekretariat akan mengambil langkah untuk memberi tahu otoritas hukum yang berwenang di lima negara tersebut,” tulis FIFA.

Langkah ini menjadi preseden serius, karena untuk pertama kalinya FIFA mengaitkan kasus naturalisasi ilegal dengan tindak pidana lintas yurisdiksi.

Berikut poin-poin kunci yang disimpulkan FIFA:

1. Bukti Keturunan Dipalsukan

FIFA memastikan semua dokumen ‘kakek-nenek Malaysia’ dari tujuh pemain (naturalusasi Malaysia) adalah palsu.

Ada tempat lahir yang tidak pernah ada secara historis, format modern untuk tahun kelahiran lama, typo identik, hingga tak ada arsip resmi yang cocok.

Kesimpulan: dokumen dibuat-buat.

2. Narasi ‘Kami Korban’ dari Para Pemain Ditolak

Para pemain mengaku hanya mengikuti perantara. Tapi fakta persidangan menunjukkan mereka membayar ‘kontak’, tak punya akar Malaysia sama sekali, dan menandatangani formulir kewarganegaraan yang menyatakan sudah tinggal 10 tahun di Malaysia, padahal baru masuk 2025.

FIFA menyebut penjelasan mereka tidak masuk akal.

3. Keterlibatan FAM Terbukti

Meski sebelumnya menyangkal, FIFA menemukan pola yang saling terhubung:
– surat pengantar yang sama
– template dokumen identik
– pengajuan dilakukan secara serempak.

Bahkan seorang pejabat senior FAM sempat mengakui sebelum menarik kembali pernyataannya.

FIFA menilai penjelasan FAM tidak kredibel.

4.  Yurisdiksi FIFA Sah

Dengan adanya dokumen palsu dalam proses kelayakan pemain, FIFA menegaskan bahwa kasus ini berada penuh di bawah aturan mereka (Pasal 22 FDC), terlepas dari keputusan kewarganegaraan Malaysia.

5. Gugatan Prosedural Ditolak

Argumen bahwa kasus ini harus ditangani panel penuh dan bukan single judge tidak diterima.

Kasus pemalsuan dokumen memang berada dalam wewenang single judge.

6. Keberatan Notifikasi Gagal

Log pengiriman membuktikan para pemain menerima pemberitahuan melalui klub, agen, dan email yang sebelumnya dipakai dalam korespondensi FIFA.

9. Pernyataan Tinggal 10 Tahun Terbukti Palsu

Semua pemain menandatangani deklarasi yang menyatakan tinggal ≥10 tahun di Malaysia.

Data imigrasi menunjukkan mereka baru tiba tahun 2025.
Ini dianggap bukti kuat adanya misrepresentasi yang disengaja.

10. Dokumen Keturunan Khusus Dibuat untuk FIFA

Berkas naturalisasi Malaysia tidak memuat satu pun dokumen keturunan.

Sertifikat palsu justru hanya muncul saat proses penilaian FIFA, artinya narasi leluhur Malaysia dibuat semata-mata untuk lolos aturan FIFA.

Kesimpulan: FIFA menyatakan skema ini sengaja, terkoordinasi, dan terbukti tanpa keraguan sebagai upaya memalsukan kelayakan pemain demi membuat mereka ‘berdarah Malaysia’.

Semua banding resmi ditolak, dan kasus ini dikategorikan sebagai salah satu skandal nasionalitas terbesar dalam sejarah FIFA.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *