TUGU Juang Siliwangi di Jalan Dipatiukur, Baleendah, Kabupaten Bandung adalah monumen untuk mengenang para pejuang yang membebaskan Indonesia dari penjajahan, terutama yang berperang di Bandung Selatan.
Tugu Juangan Siliwangi diresmikan pada 20 Mei 1975 bertepatan dengan hari kebangkitan nasional ke- 67. Yang meresmikan monumen kala itu adalah Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi dan Pangdam VI/Siliwangi Letnan Jenderal TNI Raden Himawan Soetanto.
Dua buah plakat menempel di bagian dinding di monumen tersebut. Tulisan di plakat menerangkan tujuan pembangunan monumen tersebut. Namun hurufnya sebagian sudah sulit terbaca. Dalam plakat yang satu lagi disebutkan monumen tersebut dibangun untuk memperingati hari jadi ke-29 Kodam VI/Siliwangi sekaligus peringatan ke-67 hari Kebangkitan Nasional.
Relief yang mengisahkan perjuangan para pahlawan masih bisa terlihat jelas. Dua warna hitam dan kuning mendominasi relief-relief tersebut. Relief yang menempel ke dinding yang masing-masing ukurannya kira-kira 2 x 3 meter. Delapan dinding untuk memasang relief tersebut dipasang beraturan sekaligus untuk menopang langit-langit tugu. Di dinding-dinding yang bercat putih banyak coretan tangan-tangan jahil.
Di balkon bangunan terdapat lima patung. Beberapa di antaranya sudah rusak. Ada yang kepalanya hilang, tangannya patah, dan catnya mulai terkelupas. Patung-patung tersebut berpakaian pejuang saat Indonesia masih berperang mempertahankan kemerdekaan. Patung tersebut menghadap ke Jalan Dipatukur, jalan di mana monumen tersebut berada.
Di belakang patung-patung tersebut menjulang tugu yang di puncaknya terpasang senjata khas Jawa Barat, yakni kujang. Pilarnya terbuat dari beton, sedangkan kujangnya bewarna keemasan.
Untuk ke monumen yang berada lebih tinggi dari jalan harus melalui tangga yang sudah rusak. Bahkan di beberap bagian sudah tak tampak lagi bekas-bekas tangga. Di belakang tugu tersebut terdapat bukit yang masih relatif rimbun.
Tugu Juang Siliwangi Pernah Diperbaiki Beberapa Kali
Perbaikan dilakukan beberapa kali untuk menjaga keberadaan monumen ini. Termasuk perbaikan pada Rabu (9/1/2013) untuk membetulkan kujang di puncak tugu yang patah. Kujang itu berada di ketinggian 30 meter.
Di balik pilar-pilar seriang digunakan untuk beristirahat. Rabu (19/7/2017), beberapa orang berpakaian punk terlihat mengaso. Usia mereka masih usia SMP hingga SMA. Mereka ada yang merokok, duduk selonjoran, dan ada yang tidur berlangitkan beton dan beralaskan lantai bangunan tersebut. *
[google_maps id=”7545″]