Perkebunan Teh Malabar di Pangalengan, Kabupaten Bandung adalah milik PT Perkebunan Nusanatara (PTPN) VIII. Berada di ketinggian 1.550 m di atas permukaan laut dengan suhu 16-26 derajat celsius. Sebelum menikmati indahnya pemandangan disana sebaiknya saksikan dulu video perkebunan teh Malabar.
Dalam video perkebunan teh Malabar diperlihatkan betapa menawannya Perkebunan Teh Malabar yang menempati area seluas 2.022 hektare. Di area tersebut terdapat jalan beraspal yang membelah perekebunan. Jalan tersebut cukup lebar bisa dilewati dua kendaraan beroda empat secara bersamaan. Warga di sana menggunakan jalan tersebut untuk keluar-masuk dari kawasan perkebunan.
Jarak Pangalengan dari Bandung sekira 45 km. Waktu tempuhnya jika menggunakan kendaraan pribadi dan arus lalu lintas dalam keadaan normal bisa menghabiskan waktu 2 jam saja. Ada dua akses untuk sampai ke Pangalengan, yang pertama bisa lewat Jalan Moh Toha dan yang kedua lewat Jalan Bojongsoang hingga menemukan Jalan Raya Banjaran-Dayeuhkolot.
Dari Banjaran di pertigaan Kamasan belok kiri mengikuti Jalan Raya Banjaran-Pangalengan. Ada beberapa desa yang dilewati saat melewati jalan tersebut, seperti Kiangroke, Cimaung, dan Cikalong. Jalannya berkelok dan banyak tanjakan curam. Sesampai di Pangalengan, ketika menemukan pertigaan, silakan belok kiri.
Dari pasar Pangalengan Perkebunan teh Malabar masih berjarak 10 km lagi. Ikuti jalan itu hingga menemukan gapura selamat datang. Ada dua arah jalan yang mengarah ke perkebunan itu. Kedua jalan itu sama-sama bisa mengakses perkebunan. Setelah melewati gapura tersebut hijaunya tanaman teh yang terhampar di perkebunan mulai terlihat.
Di Video Perkebunan Teh Malabar Ada Jalan Diapit Pepohonan
Video perkebunan teh Malabar memperlihatkan jalan yang diapit pohon-pohon yang menjulang. Dari kejauhan bisa terlihat gazebo yang dibangun tepat di sebuah bukit. Bukit tersebut bernama Bukit Nini. Konon bukit tersebut tempat K. A. R. Bosscha mengawasi perkebunan.
Bosscha adalah pendiri perkebunan tersebut pada Agustus 1896. Dia juragan seluruh perkebunan teh di Kecamatan Pangalengan.
Bosscha adalah orang Belanda yang kadung cinta pada tanah Pangalengan. Peninggalan-peninggalan pria yang lahir di Den Haag Belanda pada 15 Mei 1865 di Den Haag ini masih bisa terlihat.
Selain perkebunan teh, di sana masih berdiri rumah milik Bosscha yang menjadi tempat wisata. Bosscha juga memilih dimakamkan di tengah-tengah perkebunan. Sampai sekarang makam tersebut masih terawat. Dia wafat di Malabar pada 26 November 1928.
Bosscha datang ke Indonesia pada 1887 saat berusia 22 tahun dan berperan dalam membangun gedung bersejarah di Bandung, di antaranya Societeit Concordia (Gedung Merdeka), Observatorium Bosscha, dan Technische Hoogeschool (Institut Teknologi Bandung).